Inspirasi pt.2

Baru-baru ini g ke Gramedia dan mendapati sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang mengingatkan g ke masa kecil g. Mulai April ini, Gramedia merilis Tintin kembali dalam bahasa Indonesia (dengan terjemahan yang sedikit beda waktu g baca dulu, sekarang Snowy diterjemahkan dengan nama aslinya Milo, begitu juga dengan Thompson & Thompson yang dipertahankan sebagai Dupond & Dupont). Buat g ini adalah suatu kabar yang sangat menggembirakan, karena sudah cukup lama sebenarnya g berniat untuk mengumpulkan Tintin, karena bagi g serial komik karangan Herge itu sudah seperti sebuah institusi mini dalam kehidupan masa kecil g.

Mungkin bisa dibilang Tintin adalah inspirasi kecil untuk diri g. Harus diakui, g bukanlah fans yang freak terhadap sosok wartawan kecil Belgia itu, tapi bila ditelusuri lebih lanjut, petualangan Tintin ke negara-negara paling eksotis dan paling ujung letaknya di dunia itu, mungkin yang bertanggung jawab akan banyaknya khayalan siang bolong yang g habiskan untuk berkeinginan berada di negara – negara lain, sekedar untuk melihat dan merasakan bagaimana sebenarnya kehidupan di sana. Untungnya, g sudah pernah memperoleh beberapa kesempatan ke negara yang berada di khayalan siang bolong itu, apakah itu sewaktu masa studi g, atau dalam lingkup pekerjaan g.

Entah apa yang dibaca anak kecil jaman sekarang, tapi sayang rasanya kalau sampai mereka tidak lagi mengenal Tintin. Waktu g membeli buku-buku itu, ada seorang bapak setengah baya yang tersenyum melihat tumpukan komik Tintin yang masih bersih berkilap, sepertinya di benaknya tertera pikiran “Wah, ini bacaan g waktu masih kecil nih”. Dia lalu menatap anaknya, dengan harapan bocah kesayangannya itu mau menaruh perhatian terhadap jambul Tintin dan petualangannya, tapi sayangnya si anak langsung melengos ke arah komik-komik Manga yang bertebaran di sudut.

Tidak ada salahnya memang dengan Manga, komik kan bertugas menghibur, mungkin saja generasi sekarang lebih terinspirasikan oleh Manga daripada Tintin. Tapi, mudah-mudahan bisa terwujud, g pingin anak g nantinya paling tidak pernah baca Tintin sekali. Kebayang dia nantinya baca Tintin, sambil dengerin The Beatles. Kalau dia sudah bisa mendapatkan 2 hal itu dari g, rasanya paling tidak dia tidak akan punya lubang kultural yang besar, siapa tahu saja nantinya dia bisa jadi wartawan handal dan penjelajah dunia sekaligus menghibur orang dengan nada – nada pop jenius. Hah, g bisa ketawa sendiri nulis ini, karena sepertinya ini lebih ke obsesi g yang tidak pernah tersampaikan ;p.

Kembali ke soal inspirasi, tadi malam, dalam sebuah perjalanan menyusuri Rasuna-Menteng, g bertanya mengenai hal inspirasi ini kepada seorang teman. “Lo pernah punya tokoh Indonesia yang belakangan ini jadi inspirasi lo ga? Dalam segala bidang?”. Dan dia pun sama seperti g, tidak bisa mengingat satu nama pun yang bisa menjadi inspirasi bagi dirinya. G tidak mau membangkitkan atau bermaksud apapun lewat tulisan ini, tapi bila untuk diri g sendiri, satu-satunya orang Indonesia yang bisa g ingat untuk dijadikan inspirasi adalah Soe Hok Gie, maka ada sesuatu signifikan yang tidak benar yang kita alami atau? Atau mungkin ini lebih ke pandangan pribadi g?

Kita akan mengadakan pemilu tahun depan. Dan g bertekad, seperti juga di Pilkada Jakarta kemarin, g akan pergi lagi ke bilik pencoblosan di hari Pemilu itu dilaksanakan, terlepas dari ada tidaknya tokoh yang menginspirasikan g sebagai bangsa bukan secara golongan, ras, agama, dan daerah tertentu. Karena mencoblos di pemilu adalah pilihan hati nurani g sebagai orang yang terlahir di negara ini, terserah kalian mau mencap g sebagai orang naif atau tidak. Tapi dengan memilih, berarti g peduli. Daripada memilih untuk tidak mencoblos, tapi pada akhirnya ngedumel kiri-kanan. G berharap, akan ada seseorang tokoh yang bisa menginspirasikan bangsa ini, seperti seorang Tintin menginspirasikan seorang anak kecil. Seorang tokoh yang bisa memukau kita sebagai seorang Indonesia sejati. Ia tidak peduli akan kepentingan agama, ras, suku dan golongan tertentu. Yang ia pedulikan hanyalah bangsa yang bernama Indonesia. Tapi sekuat apapun g berharap, sepertinya impian ini tidak akan terwujud tahun depan, kecuali ada sebuah keajaiban terjadi. Di sisi lain, keajaiban tidak terjadi dengan sendirinya, itu membutuhkan sebuah karya dan kerja keras, sampai tahun depan dan bila tidak 2009, masih akan banyak hari lagi yang akan kita habiskan untuk membuat sebuah keajaiban. Sampai hal itu terjadi, g rasa kita semua masih dapat dan tidak boleh berhenti untuk berharap.

David Wahyu Hidayat

Satu Tanggapan to “Inspirasi pt.2”

  1. Alo vid, ketemu lagi .. 😉

    Ttg tokoh inspiratif, klo gw sih.. pernah baca di satu majalah, ttg salah satu tokoh nasional kita, H Agus Salim. Beberapa hal yg bikin gw terkesan dari orang ini adalah:
    – Cerdas! Penguasaan atas sembilan bahasa (Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang) itu ndak sembarangan orang bisa..
    Ini turun ke anak-anaknya juga..
    – Pergaulannya Internasional, bergaulnya dengan orang setingkat Pangeran Charles.. 😐 kan profesinya diplomat..
    – Membumi, .. beliau ga membatasi pergaulan dengan rakyat jelata.. tetep bisa akrab dengan -bahkan- tukang becak di sekitar rumahnya.
    – Family man.. dekat sama keluarga
    Pokoknya cemerlang dah..

    Sayangnya susah nemu tulisan yg ‘enak dibaca’ buat tokoh seperti ini.. bahkan di internet pun ga gampang 😦

Tinggalkan komentar