Keep calm….

image

Frase “Keep calm and carry on” pertama kali digulirkan pemerintah Britania Raya untuk menyemangati warganya agar tetap menjalankan kehidupannya, meskipun negaranya, khususnya London tengah dihujam roket roket maut Nazi Jerman. Sebuah frase sederhana dapat menyambung kehidupan di saat-saat sulit.

Frase tersebut kemudiaj dimodifikasi dengan berbagai macam bentuk, sehingga kita menganggapnya hanya sebagai sesuatu yang hip tanpa pernah memaknainya.

Jika rangkaian kesialan dan ketidakberuntungan menimpa kita: pekerjaan yang menumpuk, e-mail dan telefon yang tidak terbalas ketika membutuhkan informasi penting, pembatalan sepihak atas pesawat yang kita akan tumpangi untuk bertemu dengan orang yang kita kasihi. Maka seringkali dalam kejadian serupa tersebut, reaksi kita sebagai seorang manusia adalah meledakkan emosinya. Kadang terkendali, kadang lepas kontrol.

Di saat seperti itu, kita lupa kemanusiaan kita sebagai seorang manusia. Kita berubah, seperti monster yang tujuan utamanya melepaskan hasrat kebinatangannya dengan melumat yang lebih lemah. Jika di saat manis kita bisa berkata hidup kita indah dan kita dapat selalu berpegang pada agama, prinsip, didikan, nilai dan moral, di saat keberuntungan tidak berpihak pada kita. Kita akan cepat bertindak bukan sebagai mahluk ciptaan tertinggi, tapi ya seperti monster tadi.

Jika kita berhenti sejenak, memahami semuanya yang kita alami dan frase “Keep calm and carry on” tadi, maka kita seharusnya mengerti bahwa segala sesuatunya terjadi dengan alasan dan waktu yang telah ditentukan. Bahwa apapun yang terjadi, semuanya pasti akan terlewati sesuai dengan kehendak yang empunya bumi, langit, dan lautan. Karenanya kita akan bersyukur, menenangkan diri, tersenyum dan melanjutkan kehidupan ini.

David Wahyu Hidayat

Tinggalkan komentar