1. Set Me Free – The Sand Band (Psikedelik cosmic scouser)
2. About A Friend – L’alphalpha (Saya mendengar jejak – jejak Sigur Ros di sini?)
3. Neat Little Rows – Elbow (Seperti melayang dalam roket yang dikomandani Guy Garvey)
4. Under Cover Of Darkness – The Strokes (Suara mentari pagi yang menyapa muka kita yang tak pernah menua)
5. Daun Dan Ranting Menuju Surga – Themilo (Bangun, hapus kekelaman, hari yang baru telah tiba)
Pagi ini, saya terbangun ekstra pagi. Setelah menyadari saya telah kelewatan beberapa jam untuk mengunduh single terbaru dari sebuah band yang dahulu sempat menjadi raja di kota bernama New York. Band itu bernama The Strokes, lagunya berjudul “Under Cover Of Darkness”. Setelah menunggu beberapa lama, akibat padatnya lalu lintas jaringan situs band tersebut, akhirnya saya berhasil mengunduh lagu tersebut. Dan yang saya dengar beberapa detik setelahnya adalah suara optimisme pagi. Apakah band ini telah kembali ke formnya dahulu? Masih perlu ditunggu albumnya, yang akan dirilis dalam waktu dekat.
Tergerak oleh kebugaran jogging kemarin sore, saya memutuskan untuk jogging lagi pagi ini. Setelah mengkopi lagu tersebut ke alat pemutar musik digital saya (yang pagi ini kembali dalam keadaan mengkhawatirkan karena lagunya tiba – tiba hilang lagi, entah untuk kesekian kalinya), mengenakan kaus The Strokes yang dibeli hampir 10 tahun lalu dalam sebuah konser mereka (Konser yang mengagumkan, ngomong-ngomong) dan telah sangat lusuh, saya bersiap jogging pagi ini.
Saya berlari, diiringi anjing RT yang pagi ini kembali hiperaktif mencoba menggelayuti kaki saya.
Saya berlari, melewati bangkai tikus yang kemungkinan besar menemukan detik terakhirnya ketika dilintas mobil tetangga semalam.
Saya berlari, dilewati oleh tukang ojek yang sedang mengantarkan perempuan karir dengan dandanan kantor dan mengenakan sepatu hak tinggi, entah, mungkin pagi ini dia terlambat untuk sebuah pertemuan.
Saya berlari, berpapasan dengan mobil yang disetir oleh seorang eksekutif muda dengan kacamata hitam dan perut buncit, mungkin berpikir bisnis apalagi yang akan digarapnya hari ini.
Saya berlari, melewati tukang sayur yang sedang menjajakan dagangannnya, tersenyum bahagia akan pekerjaannya yang halal.
Saya berlari, sambil berharap manusia – manusia negara ini menemukan akal sehatnya dan mengerti dengan benar arti dari toleransi dan bukan dipajang sebagai slogan semata.
Saya berlari, sambil mensyukuri bahwa kenyataan kalau pagi ini saya bisa jogging adalah sebuah keluksusan yang belum tentu bisa dinikmati semua orang.
Saya berlari, mensyukuri semua yang telah berlalu adalah hal terbaik yang pernah ada, karena semua hal terjadi untuk alasannya masing – masing.
Saya berlari, menyadari bahwa semua yang telah diberikan kepada saya adalah anugerah dari yang maha kuasa.
Saya berlari, mencoba mengerti bahwa segala sesuatu yang belum diberikan kepada saya adalah juga anugerah dari yang maha kuasa, karena segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Saya berlari, bukan untuk kabur dari kenyataan tapi untuk menyadari bahwa di antara masa lalu dan masa depan terletak harapan. Dan untuk itu saya berlari dan menyambut hari.
David Wahyu Hidayat